KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga
berhasil menyelesaikan Tugas makalah ini yang berjudul “Prasangka,
Diskriminasi, dan Integrasi Masyarakat”
Makalah ini, tentunya
masih jauh dari kesempurnaan, karena saya juga masih dalam tahap pembelajaran.
Oleh karena itu arahan, koreksi dan saran, sangat berguna bagi saya kedepannya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Terima kasih.
Depok, 8 Januari 2016
Handhika Prameswara
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti
berbeda. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi
kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya akan banyak
menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal
yang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan
cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa
kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan orang lain, sehingga
timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Di dalam kelompok masyarakat Indonesia, konflik dapat
disebabkan karena faktor harga diri dan kebanggaan kelompok terusik, adanya
perbedaan pendirian atau sikap, perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan
(politik, ekonomi, kekuasaan). Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat
merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok
yang ada dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya mengalami
disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui integrasi masyarakat.
Integrasi dapat berlangsung cepat atau lambat karena dipengaruhi oleh faktor
homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok, mobilitas geografis, dan
efektifitas komunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
Hidup bermasyarakat yaitu sebuah hubungan antar
individu-individu maupun antar kelompok dan golongan yang terjadi dalam proses
kehidupan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis, dimana setiap
anggota masyarakat salaing berinteraksi. Hubungan antar individu ini pun diikat
oleh ikatan yang berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuat bersama para
anggota. Norma dan nilai-nilai inilah yang menjadi alat pengendali agar para
anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu.
Solidaritas, toleransi dan tenggang rasa adalah bukti kuatnya ikatan itu. Sakit
salah satu anggota masyarakat akan dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya.
Dari hubungan seperti itulah lahir keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.
Pada kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah
harmonisasi. Pada kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai
berbagai persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan
pertentangan dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan
perpecahan dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah Pertentangan sosial
dan integrita masyarakat
pertentang sosial menurut saya adalah suatu konflik yang
terjadi didalam suatu lingkungan masyarakat. Dimana ada suatu kelompok yang
tidak menyukai kelompok lain, sehingga menimbulkan suatu perselisihan diantara
mereka. Banyak sekali pertentangan sosial yang terjadi di Dunia ini. Seperti
contohnya perak Irak yang kunjung selesai, dan kalau menusuri indonesia
contohnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka), PT.freepot yang terjadi di Papua.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pertentangan sosial:
Rasa Iri antara individu,negara, dan masyarakat
2. Adanya rasa tidak puas masyarakat terhadap kepemerintahan
3. Banyak adu domba antara politik,agama,suku serta budaya
Integrasi Masyarakat
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang
berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di
mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap
kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan
mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam
suatu sistem sosial tertentu
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur
tertentu
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang
dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur
sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak
bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik
maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut pandangan para
penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas
dua landasan berikut :
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya
konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang
nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar) Masyarakat
terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari
berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang
terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera
dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota
masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi
atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai
kelompok.
Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar
masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai,
norma-norma, dan pranata-pranata sosial
A. Faktor Internal :
kesadaran diri sebagai makhluk sosial
tuntutan kebutuhan
jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor External :
tuntutan perkembangan zaman
persamaan kebudayaan
terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
persaman visi, misi, dan tujuan
sikap toleransi
adanya kosensus nilai
adanya tantangan dari luar
Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu.
Tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kepentingannya.
Ada 2 jenis kepentingan dalam diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi
kebutuhan biologis dan sosial/psikologis. Perbedaan kepentingan itu antara
lain:
1. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang
sama.
4. Kepentingan individu untuk memperoleh potensi dan posisi.
5. Kepentingan individu untuk membutuhkan orang lain.
6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam
kelompoknya.
7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan
perlindungan diri.
8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri
-Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka dan diskriminasi dua hal yang ada relevansinya.
Kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan, dan bahkan
integrasi masyarakat. Kerugian prasangka melalui hubungan pribadi dan akan
menjalar bahkan melembaga (turun-temurun). Jadi prasangka dasarnya pribadi dan
dimiliki bersama. Perbedaan terpokok antara prasangka dan diskriminatif adalah
prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminatif pada tindakan.
Sikap adalah kecenderungan untuk berespons baik secara positif atau negatif
terhadap orang, obyek atau situasi.
Dalam konteks realitas, prasangka diartikan: “Suatu sikap
terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat
tanpa suatu induksi. Diskriminatif merupakan tindakan yang realistis”. Dapat
disimpulkan bahwa prasangka itu muncul sebagai akibat kurangnya pengetahuan,
pengertian dan fakta kehidupan, adanya dominasi kepentingan golongan atau
pribadi, dan tidak menyadari atau insyaf akan kerugian yang bakal terjadi.
Tingkat prasangka itu menumbuhkan jarak sosial tertentu di antara anggota
sendiri dengan anggota kelompok luar.
Sebab-sebab terjadinya prasangka:
1. Pendekatan
Historis
Pendekatan ini berdasarkan teori pertentangan kelas, menyalahkan
kelas rendah di mana mereka yang tergolong kelas atas mempunyai alasan untuk
berprasangka terhadap kelas rendah
2. Pendekatan
Sosiokultural dan Situasional
a. Mobilitas
sosial: gerak perpindahan dari strata satu ke strata sosial lainnya. Artinya
kelompok orang yang mengalami penurunan status akan terus mencari alasan
mengenai nasib buruknya.
b. Konflik antara
kelompok: prasangka sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing.
c. Stagma
perkantoran: ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda”
yang dilakukan oleh kelompok tertentu.
d. Sosialisasi:
prasangka muncul sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses
sosialisasi mulai kecil hingga dewasa.
3. Pendekatan
Kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai
penyebab prasangka, disebut dengan frustasi agresi. Menurut teori ini keadaan
frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
4. Pendekatan
Fenomenologis
Pendekatan ini ditekankan pada bagian individu memandang
atau mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan
prasangka.
5. Pendekatan
Naïve
Bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka tidak
menyoroti individu yang berprasangka.
Prasangka bisa diartikan sebagai suatu sikap yang terlampau
tergesa-gesa berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah
dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan terhadap suatu
realita). Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya
berdasarkan pada pengalaman atau apa yang di dengar.
Etnhosentrisme Stereotype
Ethnosentrisme yaitu sikap untuk menilai unsur-unsur
kebudayaan orang lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri.
Sikap ini dianggap bahwa kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan
lainnya.
Stereotype yaitu gambaran dan ajakan ejek. Stereotype
diartikan sebagai tanggapan mengenai sifat-sifat dan waktu pribadi orang atau
golongan lain yang bercorak negatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi
dan sifatnya yang subyektif
Konflik dalam Masyarakat
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan
emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misal kebencian atau
permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu
individu sampai kepada lingkup yang luas, yakni masyarakat:
1. Pada taraf di
dalam diri seseorang, konflik menunjuk pada adanya pertentangan atau
emosi-emosi dan dorongan-dorongan antagonistic di dalam diri seseorang.
2. Pada taraf
kelompok, konflik-konflik ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi dalam
diri individu dari perbedaan-perbedaan anggota kelompok dalam tujuan, nilai,
norma serta minat untuk menjadi anggota kelompok.
3. Pada taraf
masyarakat, konflik bersumber pada perbedaan nilai dan norma kelompok dengan
nilai dan norma kelompok lain.
Tipe konflik ini timbul dari proses-proses yang tidak
rasional dan emosional dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk
memecahkan konflik selalu timbul selama berlangsungnya kehidupan suatu
kelompok, namun terdapat perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas
konflik pada berbagai tahap perkembangan kelompok. Adapun cara-cara pemecahan
konflik sebagai berikut:
1. Elimination:
Pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik.
2. Subjugation
atau Domination: Orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
3. Majority Rule:
Suara terbanyak yang ditentukan dengan voting, akan menentukan keputusan, tanpa
mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority
Consent: Kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa
dikalahkan, dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan
bersama.
5. Compromise
(Kompromi): Kedua atau semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik,
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
6. Integration:
Pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah
kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak.
Usaha-usaha untuk menghindari perbedaan-perbedaan dan untuk
memendam konflik-konflik, tidak pernah berhasil dalam waktu yang lama.
Kesatupaduan di dalam perbedaan-perbedaan merupakan suatu nilai yang menghargai
perbedaan, yang menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut untuk memperkuat
kelompok.
Integrasi Masyarakat dan Nasional
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari
seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga, dan
masyarakat secara keseluruhan Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu
mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi
konflik.
Dalam memahami integrasi masyarakat, kita juga mengenal
integrasi nasional, yaitu organisasi-organisasi formal yang melalui mana
masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang. Untuk terciptanya
integrasi nasional, perlu adanya suatu jiwa, asas spiritual, solidaritas yang
besar. Perlu dicari bentuk-bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik
sebagai akibat dari prasangka, yaitu melalui 4 sistem:ss
1. Sistem budaya
seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
2. Sistem sosial
seperti kolektiva-kolektiva sosial dalam segala bidang.
3. Sistem
kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan, perasaan, pola-pola
penilaian yang dianggap pola keindonesiaan.
4. Sistem organik
jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras.
Untuk mengurangi prasangka ke-4 sistem itu harus dibina,
dikembangkan dan memperkuatnya sehingga perwujudan nasion Indonesia tercapai.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di setiap masyarakat pasti muncul pertentangan-pertentangan
atau permasalahan permasalahan, di antaranya:
1. Perbedaan
Kepentingan: ada 2 kepentingan dalam diri individu, yakni kepentingan biologis
dan kepentingan sosial/psikologis.
2. Prasangka dan
Diskriminatif: prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminatif
pada tindakan.
3. Ethnosentrisme
dan StereotypeEthnosentrisme :
kebudayaan dirinya lebih unggul dari
kebudayaan lainnya.
4. Stereotype
: gambaran dan anggapan jelek.
5. Konflik dalam
kelompok: Suatu tingkah laku yang dibedakan emosi tertentu yang sering
dihubungkan dengannya.
Cara pengendalian dari permasalahan-permasalahan di atas,
yaitu melalui integrasi masyarakat dan nasional, yang mengandung pengertian:
1. Integrasi
Masyarakat : adanya kerjasama dari seluruh anggota
masyarakat.
2. Integrasi
Nasional :
organisasi-organisasi formal melalui mana masyarakat menjalankan
keputusan-keputusan yang berwenang.
Saran
Makalah yang ditulis ini tentunya sangat jauh dari nilai
kesempurnaan. Meskipun demikian penulis tetap menyarankan kepada para pembaca,
agar dalam menjalani kehidupan sehari-hari selalu melihat konflik maupun
pertentangan-pertentangan yang bersumber dari perbedaan secara logis dan
realistis, sehingga tidak menimbulkan konflik yang lebih besar yang dapat
mengarahkan kita pada perpecahan dalam berbangsa. Semoga makalah yang sederhana
ini memiliki manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://copasbuku.wordpress.com/2012/06/06/makalah-pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/
Komentar
Posting Komentar