Penyebaran wabah yang
bermula dari Wuhan, China, sangat cepat menyebar ke seluruh dunia. Dengan
cepatnya penyebaran wabah ini mendorong sejumlah negara membuat pembatasan
lintas antar negara. Tujuannya mencegah penyembaran dan meminimalisasi wabah virus
Covid-19 itu sendiri, namun dengan adanya itu akan terjadi masalah ekonomi pada
setiap negara.
Penyebaran wabah
Covid-19 juga begitu cepat terjadi di Indonesia, virus yang tidak memandang
bulu ini juga menginfeksi para pejabat. Virus ini menjadi hal yang ditakutkan
bagi seluruh masyarakt Indonesia, pemerintah langsung melakukan upaya
pencegahan dengan menghibau masyarakat physical distancing, bekerja, belajar,
dan beribadah di rumah.
Upaya pencegahan ini
tentu membuat perekonomian itu terhambat, jual beli di masyarakat akan
berkurang dan mengancam perekonomian. Tempat usaha tentu akan merasakan
turunnya omset yang cukup drastis. Konsumsi rumah tangga yang menjadi pendorong
pergerkan ekonomi akan tehambat, daerah-daerah yang mengandalakan pariwisata sebagai
pendapatanya juga akan merasakan.
Penurunana pada sisi
produksi ternyata juga mempengaruhi ke pasar keuangan indonesia mulai dari arus
kas dan kinerja keuangan perusahaan. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor
Indonesia telah menjadi pusat pandemi yang telah melewati kasus yang terjadi di
China.
Direktur Riset Center
of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatkan Indonesia
berpotensi mengalami krisis ekonomi, jika terjadi faktor-faktor yakni suatu
perekonomian dikatakan krisis apabila mayoritas ekonomi dihamapir semua sektor
tidak bisa melakukan aktivitas ekonomi secara baik.
Dampak ekonomi
pandemi juga diserukan Dana Moneter Internasional(IMF). Pandemi Covid-19 akan
menyebabkan resesi global pada 2020 yang bisa lebih buruk dari krisis keuangan
global 2008. Investor mulai bersiap menarik aliran modal, terutama modal
investasi di negara berkembang.
Tidak heran jika
pandemi Covid-19 diibaratkan sebagai angsa hitam bagi ekonomi global. Istilah
angsa hitam digunakan Nicholas Taleb untuk menekankan peristiwa langkah yang
sulit diprediksi dan berpotensi mempengaruhi keuangan dunia dan sistem ekonomi
global.
Menteri keuangan Sri
Mulyani mengatakan Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan
ekonomi global 2020 menjadi negatif. Namun IMF mengatakan ekonomi dunia bakal
membaik di 2021, informasi tersebut dismapaikan dalam pertemuan virtual menteri
keuangan dan gubernur bank sentral negara G20.
IMF nantinya akan
menyediapkan pendanaan sebesar US$1 triliun, serta mengusulkan tambahan US$500
miliar sebagai fasilitas swap seluruh anggota IMF.
Dengan adanya
tambahan US$500 miliar dari US$1 triliun diharap IMF membantu negara-negara
secara otomatis yang saat ini menghadapi capital outflow dan memiliki situasi
likuiditasi sangat ketat.
Referensi:
Komentar
Posting Komentar